Thursday, 28 September 2023
HOTLINE: (0271) 653 025 / 081234 567 890
  • Home
  • Tajdid
  • Masjid sebagai Pusat Pengembangan SDM
Masjid sebagai Pusat Pengembangan SDM

Masjid sebagai Pusat Pengembangan SDM

Masjid sebagai tempat peribadatan saja merupakan fenomena yang banyak ditemui sekarang ini. Padahal fungsi Masjid bukan saja sebagai tempat peribadatan semata melainkan untuk melaksanakan taqwa. Berdasarkan hal tersebut,kelompok studi tajdid pendidikan mengangkat tema obrolan terkait fungsi masjid. Apalagi akhir-akhir ini, fenomena masjid menjadi tempat wisata dikarenakan bangunannya yang megah menjadi daya tarik tersendiri bagi umat. Untuk mengupas fenomena tersebut, kami mencoba menelaah dan mendiskusikan tentang fungsi masjid serta pengembangannya.

Masjid adalah tempat untuk mengekspresikan ketaqwaan kepada Allah SWT. Taqwa menurut konsep Islam merupakan predikat tertinggi, karena dia merupakan akumulasi dari iman, Islam dan ihsan (Yunahar Ilyas, 2002: 18-20). Hal ini menunjukkan bahwa Masjid sebagai tempat hamba mengekspresikan keimanannya kepada Allah SWT, melaksanakan ibadah kepada-Nya dan berbuat ihsan atas nama-Nya. Masjid secara peruntukkannya tidak hanya berfungsi ibadah, khususnya salat dengan segala rangkaiannya. Akan tetapi masjid berfungsi juga sebagai sarana sosial seperti pendidikan, pengajian dan kegiatan sosial lainnya.

Perbincangan saya dengan Zaki Setyawan dimulai dari sejarah dan fungsi masjid di masa Rasulullah SAW. “Untuk memudahkan identifikasi, fungsi masjid mencakup dan bergerak di bidang ipoleksosbudhankam,” ujar Zaki.

Masjid difungsikan oleh Rasulullah SAW selain tempat beribadah, juga untuk pembinaan dalam keimanan, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan keamanan. Sudah terbukti dalam sejarah bahwa dari masjidlah lahir para pemimpin umat. Mengapa demikian? Karena di masjidlah pendidikan dilaksanakan bagi masyarakat Islam. Kita lihat bagaimana Rasulullah dahulu memulai pendidikan mental dan fisik para pengikutnya yang diawali dari masjid.

Berdialog tentang pendidikan masyarakat Islam, maka harus dilihat fungsi masjid. Tengok sejarah Islam pada masa periode  awal, masjidlah yang dijadikan sebagai lembaga pendidikan utama. Pun, di era kejayaan Islam, masjid tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, tetapi juga sebagai pusat kegiatan intelektualitas, begitu tulisan  J Pedersen dalam bukunya berjudul Arabic Book. Sejak awal perkembangannya,  masjid  terbukti memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan pendidikan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia.

Dalam skala nasional, ada contoh masjid yang dikembangkan bersamaan dengan pendidikan. Masjid tersebut adalah Masjid Al-Azhar di Kebayoran Baru. Ada yayasan yang menaungi masjid dan sekolah sehingga berkembang pesat. Pendidikan berkembang pesat mulai dari TK sampai pada pendirian  Universitas Al-Azhar Indonesia. “Sementara itu, di kota Surakarta juga ada masjid yang dikembangkan fungsinya bersamaan dengan pendidikan, seperti masjid Kottabarat,” ujar Zaki dalam diskusi tersebut.

“Masjid Kottabarat mengembangkan bidang sosial budaya, dalam hal ini pendidikan, sosial kemasyarakatan serta kajian-kajian. Hadirnya Perguruan Muhammadiyah Kottabarat mulai dari  tingkat TK, SD, SMP, dan SMA yang diawali dari masjid bisa menjadi oase dan harapan bertumbuhnya masyarakat muslim yang unggul dalam SDM,” pungkasnya.

Permasalahan yang banyak dijumpai  adalah belum semua masjid dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Bahkan kebanyakan masjid hanya menjalankan salah satu fungsinya saja, yaitu sebagai tempat peribadatan. Itu saja belum maksimal, ini mengindikasikan tata pengelolaan yang kurang optimal dari pihak takmir (pengelola masjid). Tata kelola yang kreatif dan produktif menjadi kebutuhan manakala menginginkan masjid memiliki fungsi pengembangan kehidupan umat dalam mengekspresikan ketakwaan.

Pengelolaan masjid bisa dikembangkan berdasarkan kondisi masyarakat dan jamaah. Artinya, Pengelola masjid harus kreatif dan membaca kondisi sosial jamaah. Semisal Ada contoh pengelolaan masjid yang mengambil “genre” bidang sosial ekonomi dalam pengembangannya, sebut saja masjid Jogokariyan di Jogjakarta yang mengembangkan fungsi ekonomi dan kesejahteraan jamaah. Termasuk pula masjid KH Ahmad Badawi di Surakarta yang mencoba mengembangkan fungsi masjid untuk memperkuat ekonomi dan  sosial masyarakat (jamaah) melalui kajian dan kegiatan sosial lainnya, menjadi contoh cara pengelolaan yang dinamis.

Di akhir perbincangan, kami berpendapat bahwa masjid bisa dikembangkan menjadi pusat membangun kualitas sumber daya manusia. Fungsi masjid bisa dikembangkan bukan hanya dalam tempat ibadah saja, tetapi tempat untuk mengekspresikan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT melalui pengembangan baik bidang pendidikan, sosial ekonomi serta budaya. Apabila fungsi masjid bisa dikembangkan, maka cita-cita menuju masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dengan kualifikasi SDM yang unggul dan sejahtera bisa tercapai. Maka, come back to Masjid dan kembangkan fungsinya untuk membangun kualitas umat.

Ditulis oleh : Hendro Susilo (Kelompok Studi Tajdid Pendidikan)

INFORMASI TERKAIT

All
/ 29 April 2023

Haedar Nashir: Nilai Agama, Pancasila, dan Keluhuran Bangsa telah Luruh

SOLO, MUHAMMADIYAHSOLO.COM – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyebut bahwa berbagai ujaran kebencian, caci maki, hasutan, merendahkan orang lain, permusuhan, serta perangai tak pantas merebak di media sosial...
/ 8 November 2022

Haedar Nashir Sampaikan Pandangan Muhammadiyah Soal Rezimentasi Agama

JAKARTA, MUHAMMADIYAHSOLO.COM – Selain materi-materi utama, Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta tanggal 18-20 November mendatang juga akan fokus memperkuat tiga program. Yaitu dakwah komunitas, pandangan keagamaan, dan materi isu-isu strategis aktual....

Diskusi

Galeri Video

GALERI FOTO

TERBARU