Di awal tahun pelajaran baru, satuan pendidikan menyiapkan awal tahun pelajaran. Kegiatan awal tahun ditandai adanya berbagai kegiatan. Salah satunya adalah masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) bagi siswa baru. Pedoman kegiatan pengenalan lingkungan sekolah tertuang pada Permendikbud no 18 tahun 2016 berisi tentang tata cara pelaksanaan pengenalan lingkungan sekolah.
MPLS merupakan kegiatan pertama masuk sekolah untuk mengenalkan berbagai program, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah, bagaimana cara belajar, penanaman konsep pengenalan diri serta pembinaan awal kultur sekolah.
Mengacu pada permendikbud tersebut, kegiatan MPLS wajib menerapkan dengan ketentuan: 1) terkait durasi dan jadwal, ketentuan terkait durasi, untuk tingkat SD berlangsung selama 3 hari sedangkat untuk tingkat SMP dan SMA berdurasi maksimal 5 hari. Kegiatan dimulai di hari pertama masuk tahun ajaran baru. Terkait jadwal, sekolah merancangnya dan akan disampaikan kepada orang tua sebelum dimulainya kegiatan. 2) terkait materi dan kegiatan.
Untuk materi dan kegiatan, MPLS lebih difokuskan terkait pembentukan karakter, pembelajaran sosial dan penguatan keterampilan berkomunikasi dan kerjasama. Dalam aturan tersebut juga melarang sekolah untuk memerintahkan siswanya membawa barang atau peralatan yang menyulitkan siswa dan orang tua.
Kegiatan MPLS penting dilaksanakan agar siswa lebih mudah beradaptasi dan mengenal lebih dekat (Melekat) dengan lingkungan baru. Seperti halnya yang dilakukan di SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta. Kegiatan MPLS dikemas dengan kegiatan melekat (mengenal lebih dekat) kelas baru. Digelar tidak hanya pada level kelas 1 saja. Melainkan semua level dari kelas 1 hingga kelas 6. Dilaksanakan selama 3 hari mulai dari awal masuk sekolah.
Kegiatan melekat penting dilakukan pada semua level kelas, karena semua siswa merasa menjadi siswa baru pada level kelasnya. Tidak sedikit siswa yang membutuhkan waktu untuk beradaptasi pada kelas baru. Bahkan ada yang mengalami stress diawal. Stress secara umum kondisi yang dialami anak-anak usia SD yang harus diketahui oleh guru dan secepatnya diberikan pelayanan yang sesuai dengan kondisi masing-masing anak.
Menurut David Elkind kehidupan anak-anak setiap hari dipenuhi akan stres (tekanan, ketegangan) yang harus diketahui oleh guru dan orang tua. Mulai dari stres ringan hingga stres berat yang mengkhawatirkan. Rentang stres digambarkan Elkind lewat Stress Test for Children Key yang memuat 44 jenis stres dengan skoring nilai dalam angka yang harus dipahami oleh guru dan orang tua agar dapat diberikan pelayanan pendampingan atau pemulihan.
Tingkat stres tersebut di antaranya mengalami kesulitan saat disekolah (skor 39), sekolah baru atau guru baru (skor 39), teman baru (skor 19), kebiasaan yang diubah (skor 24), memulai suatu kegiatan baru atau kegiatan diubah (skor 36) dan bermasalah dengan guru (skor 24). Jika skor angkanya di bawah 150, maka itu bentuk stress yang masih mampu dihadapi anak sendiri. Jika skor antara 150 hingga 300, maka anak mulai memperlihatkan gejala-gejala stress.
Pada kegiatan melekat, tidak hanya siswa dituntut untuk beradaptasi dengan kelas baru, melainkan juga meminta guru untuk mengenal lebih dekat dan memahami karakteristik siswanya. Setiap guru diharapkan mampu mengasesmen awal terhadap siswanya sebagai catatan profil siswa. Tentunya catatan mengenai akademik dan potensi lain yang dimiliki siswa.
Ketika siswa sudah memahami program kelas dan guru sudah mempunyai catatan profil siswa, maka kegiatan belajar mengajar di kelas akan bersinergi sehingga mudah mencetak siswanya untuk berprestasi. Peran team kelas (guru dan siswa) sangat berpengaruh dalam membawa siswa berprestasi, maka peran team harus dimaksimalkan.
Istilah melekat kelas baru (mengenal lebih dekat) digunakan untuk menandai kegiatan awal tahun ajaran baru. Kegiatan tersebut adalah memberikan kesan yang mengembira bagi semua siswa (merdeka belajar) yang akan masuk di kelas atau level baru. Diskripsi singkat momentum melekat kelas baru di kelas V yang digelar 3 hari awal masuk sekolah. Siswa kelas V sebanyak 84 anak dibagi dalam 3 rombel (rombongan belajar).
Setiap rombel diminta membuat impin kelas yang ditulis dikertas HVS. Setelah ditulis, kemudian dikumpulkan ke wali kelas. Salah satu impian yang ditulis oleh siswa yaitu kelas harus selalu bersih karena kebersihan sebagian dari iman. Selain kelas harus bersih, kelas harus nyaman karena suasana nyaman akan menghasilkan pemikiran yang kreatif dan menjadi betah berada dikelas saat pembelajaran.
Tidak hanya impian kelas, siswa juga membuat keyakinan kelas dengan panduan guru. semua siswa diminta untuk menuliskan apaa saja aturan yang perlu disepakati. Semua yang diusulan siswa, selanjutnya dirangkum menjadi beberapa aturan. Kalimat-kalimat yang dibuat dan menjadi keyakinan kelas dibuat menjadi kalimat positif, tidak terlalu panjang dan mudah diingat oleh semua siswa.
Selain kegiatan kegiatan membuat kelas impian dan keyakianan kelas, yaitu melakukan asesmen awal. Pada kegiatan ini, setiap murid diberikan rubrik, siswa menuliskan terkait profil diri. Profil diri meliputi: hobi, aktivitas, anggota keluarga. Selanjutnya ada kegiatan pre-test dilakukan untuk pemetaan berdasarkan kemampuan akademik awal. Kegiatan refleksi, dilakukan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk menuliskan saran atau masukan serta harapan untuk kegiatan pembelajaran di kelas V.
Dengan rangkaian kegiatan melekat kelas baru yang diimplementasikan di semua level kelas akan memudahkan siswa maupun guru dalam memasuki kelas baru untuk beradaptasi dan saling mengenal lingkungan dan profil siswa.
Dengan demikian, dengan adanya kegiatan melekat kelas baru akan menurunkan bahkan menghilangkan tingkat stress yang terjadi pada anak seperti kesulitan saat disekolah, masuk di sekolah baru atau guru baru, teman baru, kebiasaan yang diubah, memulai suatu kegiatan baru atau kegiatan diubah dan bermasalah dengan guru.
Ditulis oleh : Andi Arfianto, M.Pd. (Guru SD Muhammadiyah PK Kottabarat Surakarta)
Diskusi