Kiprah Ahmad Dahlan dalam mengembangkan dakwah Islam dan pengembangan SDM melalui pendidikan sangat layak dijadikan inspirasi dalam mengembangkan model pendidikan saat ini. Pendidikan merupakan alat untuk membangun kesejahteraan dan peradaban yang berkemajuan.
Kita lihat apa yang dilakukan Ahmad Dahlan ketika melihat realitas masyarakat di sekitar yang terpinggirkan akibat kekuasaan kolonialisme waktu itu? Kelemahan di segala bidang seperti agama, keilmuan, sosial budaya, dan ekonomi begitu tampak nyata di hadapan Ahmad Dahlan.
Semangat Ahmad Dahlan untuk meningkatkan derajat kehidupan masyarakat diwujudkan dengan membangun sekolah yang mengintegrasikan pelajaran agama dan ilmu umum. Pada waktu tersebut, langkah integrasi sistem sekolah merupakan langkah terobosan dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang lebih maju.
Usaha pantang menyerah serta dibarengi strategi membangun organisasi untuk “merawat” pendidikan adalah langkah cerdas beliau. Beliau mewariskan sebuah sistem yang akan menjaga serta mengembangkan pendidikan Islam modern untuk terus memajukan kehidupan umat dan bangsa.
Sebagai generasi muda, semangat dakwah dan tajdid Ahmad Dahlan harus kita tanamkan untuk terus mengembangkan diri dan tumbuh menjadi pribadi yang kuat secara intelektual, emosional dan spiritual serta memberikan kontribusi pada pengembangan kehidupan umat.
Semangat tajdid baik secara vertikal maupun horisontal menjadi obor penyemangat mewujudkan kemajuan dalam kehidupan. Hal inilah menjadi latar belakang hadirnya channel tajdid pendidikan yang secara fungsional menampilkan diskusi,kajian ataupun konten video terkait pendidikan berkemajuan sebagai wadah semangat tajdid terkhusus di bidang pendidikan.
Salah satu obrolan yang pernah diangkat dalam channel ini adalah periodesisasi pendidikan Muhammadiyah. Bahwa untuk memudahkan kita memahami perjalanan pendidikan Muhammadiyah, maka dengan periodesisasi, di mana waktu yang terus menerus bergerak dapat kita buat dan bagi kedalam unit-unit (babak) yang menjadi ciri khas kurun waktu tersebut.
Periodesisasi pendidikan Muhammadiyah dapat dibagi 4 periode,yakni masa perintisan (1900-1923), masa pengembangan (1923-1970), masa pelembagaan (1970-1998), dan masa transformasi (1998-sekarang). Perbincangan sejarah perjalanan pendidikan Muhammadiyah penting bagi generasi muda untuk mengetahuinya.
Dalam obrolan tersebut, Zaki Setiawan, salah satu aktivis Muhammadiyah dan Mahasiswa Doktoral pendidikan di UMS ini menuturkan perjuangan dan dinamika yang terjadi ketika Ahmad Dahlan mendirikan sekolah. Masa perintisan merupakan masa mencari konsepsi baru pendidikan Islam.
Dinamika mendirikan sekolah dan membuat organisasi sebagai usaha melanjutkan eksistensi pendidikan di tuturkan Zaki. Berdirinya sekolah MIDI, Qismul Arqa yang kemudian menjadi Pondok Muhammadiyah, kweekschool Muhammadiyah sampai menjadi madrasah Mualimin menjadi perbincangan hangat bersama saya.
Saya mengambil pelajaran berharga ketika melakukan perbincangan sosok Dahlan dengan Zaki. Keteguhan hati, semangat merubah kejumudan menjadi kebermajuan, cinta ilmu pengetahuan dan kritis melihat situasi sekitar menjadi karakter identitas yang kuat dari sosok Ahmad Dahlan.
Perbincangan dengan Zaki ini sebetulnya dimulai juga dengan memperbincangkan perkembangan pendidikan islam Pra Muhammadiyah. Seperti di Solo misalnya, ada sekolah Mambaul Ulum yang mencoba mengintegrasikan pelajaran agama dan pelajaran umum. Namun, di forum Channel Tajdid Pendidikan ini kami mengupas lebih banyak terkait perjalanan periodesisasi pendidikan Muhammadiyah.
Seyogyanya perbincangan yang kami lakukan untuk mengeksplorasi konsep pendidikan Muhammadiyah. Perbincangan tersebut kami awali dengan kajian sejarah perjalanan pendidikan Muhammadiyah terlebih dahulu. Harapan kami selaku generasi muda tentu tidak ingin tumbuh menjadi ahistoris. Ahistoris ini berpotensi akan menyebabkan salah menafsirkan ketika membaca sebuah realita baru yang kita hadapi.
Obrolan di channel tajdid pendidikan ini semoga menjadi wadah inspirasi generasi muda untuk mengenal nilai-nilai juang dalam membangun peradaban. Terlebih, di era big data dan media sosial yang banjir informasi bagi anak-anak muda yang menimbulkan simulakra. Perlu ikhtiar pencerahan dan channel ini semoga menjadi siraman semangat tajdid untuk kehidupan yang lebih maju dan bermartabat. Bersambung….
Ditulis oleh : Hendro Susilo (Anggota Komunitas Tajdid Pendidikan)
Diskusi