Thursday, 21 September 2023
HOTLINE: (0271) 653 025 / 081234 567 890
  • Home
  • Tajdid
  • Benarkah Melahirkan Kader Militan itu Sulit?
Benarkah Melahirkan Kader Militan itu Sulit?

Benarkah Melahirkan Kader Militan itu Sulit?

Obrolan poadcast hari Rabu, 10 Mei 2023 yang diselenggarakan oleh  Kelompok Studi Tajdid Pendidikan  mengangkat tema seputar kaderisasi di Muhammadiyah. Bahwa organisasi perlu adanya sumber daya yang handal –Di Muhammadiyah, dikenal dengan sebutan kader– demi keberlanjutan dan perwujudan visi dan misi organisasi. Hal itu adalah sebuah keniscayaan. Tanpa ada “kaderisasi dan kader” maka organisasi akan keropos. Maka, kader adalah embrio yang perlu disiapkan secara matang guna  menghasilkan kepemimpinan, dan seorang pemimpin perlu yang namanya penempaan.

Kelompok Studi Tajdid Pendidikan berdiskusi dengan Rio Dwi, seorang  relawan Muhammadiyah  di Solo dan  Zaki Setiawan, seorang aktivis Pemuda Muhammadiyah  terkait pengalaman  keduanya dalam  Persyarikatan. Di awal perbincangan, Rio menceritakan awal ketertarikan pada  kegiatan  lapangan  di Ortom HW sampai akhirnya mengikuti sebuah diklat SAR yang dilakukan MDMC tingkat Jawa Tengah di Kudus. Diklat ini diikuti Rio saat Ia masih duduk di bangku  SMA.

Motivasi Rio untuk menjadi relawan  Muhammadiyah  Solo tidak terlepas dari hasil penggemblengan  proses pelatihan dan diklat tersebut. Keinginan  membantu dan  rasa empati yang dimiliki Rio atas korban bencana, menguatkan untuk berkhidmat menjadi relawan di bawah naungan MDMC. “ Saya  merasa potensi bencana yang terjadi di Indonesia cukup besar, maka saya ingin menjadi bagian orang yang bermanfaat untuk sesama yang  mengalami  musibah” ujar Rio ketika saya tanya terkait motivasi menjadi relawan.

Sementara  itu, Zaki Setiawan  memberikan ulasan terkait apa yang dialami Rio. Rio lahir dari proses kaderisasi fungsional, ujar Zaki. Di Muhammadiyah, di kenal proses perkaderan utama dan  perkaderan fungsional. Perkaderan utama adalah kaderisasi pokok yang dilaksanakan dalam  bentuk pendidikan atau  pelatihan  untuk menyatukan visi dan pemahaman nilai ideologis serta sistem dan aksi gerakan yang diselenggarakan oleh pimpinan persyarikatan seperti Darul Arqom dan Baitul Arqom.

Sedangkan  pengkaderan  fungsional adalah kegiatan  kaderisasi yang dilaksanakan dalam bentuk pendidikan, pelatihan, kursus atau  kajian  intensif terstruktur, namun tidak ditetapkan  standar kurikulumnya secara baku dan sebagai pendukung perkaderan  utama dan guna pengembangan  sumber daya kader. Mengamati proses Rio menjadi relawan yang dihasilkan dari perkaderan fungsional, Zaki melihat perkaderan  fungsional lebih efektif untuk menghasilkan  kader militan. Kader militan dibutuhkan oleh Muhammadiyah dalam mengembangkan organisasi demi terwujudnya cita-cita Muhammadiyah. Kader bukanlah sekedar predikat formal karena telah mengikuti pendidikan atau pelatihan tertentu. Substansi kader adalah mengacu sejauh mana kualitas perjuangan dalam perwujudan visi misi serta cita-cita persyarikatan.

Selaras dengan  hasil penelitian dari Nihayati dan Miftakhul Farid terkait kaderisasi Muhammadiyah dalam aspek sosial yang mengambil lokasi penelitian di Ambarawa, termaktub bahwa sebuah organisasi yang ingin terus eksis perlu memiliki sumber daya manusia berkualitas. Sebab, SDM berkualitas akan memperkuat organisasi dan siap menjadi penyambung estafet kepemimpinan. SDM berkualitas di Muhammadiyah disebut kader militan. Dalam  temuan  riset ini bahwa tindakan sosial, bekerjasamanya antar Majelis dalam melakukan kegiatan sosial mampu menghasilkan  konsensus sosial yaitu  melahirkan kader Muhammadiyah yang militan  dan  kurang militan.

Masih dalam temuan  riset tersebut, dikatakan bahwa perkaderan fungsional lebih efektif, karena kaderisasi ini lebih bersifat alami, bukan  tuntutan atau  keterpaksaan. Akan tetapi lebih pada panggilann  hati. Ini juga saya temukan dalam perbincangan dengan Rio terkait motivasi menjadi relawan, bahwasanya panggilan  hati dan empati menjadi faktor penguat menjadi relawan Muhammadiyah Solo. Ditambahkan oleh Zaki, bahwa Majelis-majelis serta lembaga perlu inovasi dalam  kegiatan-kegiatan atau program  kerja yang sesuai kebutuhan . Apalagi AUM yang bergerak di bidang pendidikan, perlu kaderisasi yang matang untuk tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah Muhammadiyah karena mereka dihadapkan dengan siswa yang sangat potensial menjadi kader militan seperti Rio ini, ujar Zaki.

Demikian coretan-coretan saya dalam diskusi kelompok studi “Tajdid Pendidikan” terkait tema  kader. Hasil diskusi ini sebagai bentuk refleksi agar pimpinan dan warga Muhammadiyah senantiasa berfikir kreatif dalam  hal kaderisasi, Sebab, maju mundurnya organisasi ini tergantung sejauh mana kualitas perjuangan  kader mewujudkan dakwah Muhammadiyah. Dengan  semakin banyak kader militan, maka Muhammadiyah kedepan akan semakin bersinar, semakin besar dan  terus Berkibar. Saya tutup tulisan ini dengan pepatah khas di Muhammadiyah: “Sebelum  patah  telah tumbuh, sebelum  hilang telah berganti. Kader adalah anak panah Muhammadiyah yang siap dilepaskan  ke berbagai arah sasaran.”

Wallahu  a’lam  bishawab.

Ditulis oleh : Hendro Susilo (Majelis Pustaka, Seni Budaya & Informasi PDM Solo, Anggota Kelompok Studi Tajdid Pendidikan)

INFORMASI TERKAIT

All
/ 12 September 2023

Apa yang Bisa Dilakukan oleh Pimpinan Muhammadiyah dalam Menghadapi Penurunan Jumlah Warganya?

SURAKARTA, MUHAMMADIYAHSOLO.COM – Pernyataan Denny JA mengenai penurunan yang signifikan dalam jumlah warga Muhammadiyah dalam 20 tahun terakhir merupakan isu yang perlu dipertimbangkan dengan serius oleh pimpinan Muhammadiyah. Berikut beberapa...
/ 12 September 2023

“Regenerasi Pimpinan di Muhammadiyah dan Tantangannya”

SURAKARTA, MUHAMMADIYAHSOLO.COM – Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang telah berperan penting dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan hingga sosial. Untuk mempertahankan visi dan misinya, Muhammadiyah...
/ 3 September 2023

PW Muhammadiyah Jateng Apresiasi Pembekalan Ideopolitor PW ‘Aisyiyah Jawa Tengah

SEMARANG, MUHAMMADIYAHSOLO.COM – Hadapi tahun politik 2023, Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Tengah mengadakan Pembekalan Ideopolitor bagi PW dan PD ‘Aisyiyah se-Jawa Tengah di BBPMP Semarang, 2-3 September 2023. Kegiatan ini...
/ 29 Agustus 2023

Historical Walking, Ikhtiar Pembumian Nilai Kemuhammadiyahan

Sepanjang yang saya ketahui, ada dua buku yang mengupas perjalanan Sejarah Muhammadiyah kota Surakarta. Pertama, Matahari Terbit di Kota Bengawan yang ditulis oleh Dr Mohamad Ali dan Syifaul Arifin. Kedua,...
/ 28 Agustus 2023

Hadir di Musycab Muhammadiyah-Aisyiyah, Ini Pesan Kiai Anwar Sholeh

SOLO, MUHAMMADIYAHSOLO.COM – Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surakarta KH Anwar Sholeh menghadiri Musyawarah Cabang (Musycab) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Banjarsari periode Muktamar 48...

Diskusi

Galeri Video

GALERI FOTO

TERBARU