SOLO, MUHAMMADIYAHSOLO.COM – Sederek Ecobhinneka terus melakukan langkah konkritnya untuk menyebarkan merawat kerukunan dan cinta lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan melakukan pelatihan kepenulisan laporan studi Eco Bhinneka.
Pada pelatihan Ecobhinneka tersebut, para peserta mendapatkan bekal bagaimana membuat dokumentasi berupa tulisan yang tentunya didasari dengan pengetahuan. Acara ini bertempat di Hetero Space, Jebres Solo.
Pelatihan ini menghadirkan pembicara dari Pimpinan Redaksi Majalah Suara Aisyiyah yakni Hajar Nur Setiawati dan Dede Dwi Kurniasih dari Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah.
Pada materi pertama, Hajar menyampaikan materi mengenai menulis good practice. Pada materi ini peserta mendapatkan pengetahuan bahwa cerita perubahan itu dapat menjadi sebuah laporan yang diceritakan dengan baik. Yakni dengan memenuhi aspek dampak bagi penerima manfaat. Seperti mampu mengatasi masalah atau memaksimalkan potensi.
Selain itu, tulisan good practice perlu inovatif. Yaitu ada kebaruan atau inovasi yang dihasilkan. Tulisan yang baik juga perlu berkelanjutan.
Praktek baik berkelanjutan tidak hanya dilakukan sekali bahkan ada yang mematok durasi berlanjut sekitar satu hingga dua tahun. Penting juga bagi tulisan untuk dapat direplikasi atau memungkinkan direplikasi di tempat lain atau dapat di modelling sehingga perlu dituliskan.
Hajar menyebut, cerita perubahan bisa menjadi salah satu sumber pengetahuan bagi serangkaian proses yang dikembangkan organisasi untuk menciptakan, mengumpulkan, mengolah mendiskriminasikan dan menggunakan pengetahuan organisasi tersebut.
Proses produksi pengetahuan yakni menciptakan, mendokumentasikan, mengolah, mempublikasikan, dan menggunakan.
“Kelebihan menceritakan tentang perubahan bisa menjadi salah satu bagian dari monitoring evaluasi dan pembelajaran menempatkan penerima manfaat sebagai subjek monitoring evaluasi, bisa memberikan gambaran dampak program dan bagaimana perubahan terjadi. Bentuk penulisannya bisa berupa berita kisah ataupun jurnalisme tutur,” ujarnya.
Pada sesi kedua materi, Dede menyampaikan tentang analisis gunung es. Materi ini digunakan untuk memotret cerita untuk membangun tulisan yang mendetail.
Pihaknya menyebut, analisis gunung es merupakan analisis terhadap fenomena yang bersifat kompleks dalam organisasi atau masyarakat dikembangkan oleh Sange dan Hamilton.
“Analisa ini melihat kecenderungan perilaku struktur, cara pandang serta kecenderungan masyarakat. Banyak cerita perubahan dari masalah kemudian muncul perilaku baru. Seharusnya Ketika masalah muncul, kita lihat perilaku masyarakat, tokoh dan pemerintah, maka akan muncul program sebagai langkah solusi,” ujar Dede.
Tindak lanjut program ini adalah sayembara tulisan dengan tema Kerukunan Kelestarian Lingkungan. Lima belas karya terbaik akan dibukukan dan mendapatkan hadiah.
Ditulis oleh : Frida Alfani (PDNA Solo)
Diskusi